Apakabar sobat budidaya, kali ini Serba Budidaya akan sedikit mengulas tentang Teknik dan Budidaya jamur tiram karena menurut saya Budidaya jamur tiram tergolong sangat mudah dan tidak membutuhkan Lahan yang terlalu luas, akan tetapi Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena
teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun bisa dibilang mudah, akan tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta
konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut kita abaikan maka hasilnya pun kurang optimal bahkan kita akan mengalami kegagalan. Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14
cm. Jamur ini memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai
ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik
budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat
perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih
menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman.
Jamur hiratake atau jamur tiram putih
merupakan jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip
cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih
hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (bahasa
latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga
jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram
masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau king oyster mushroom.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai
hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh
buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah
melapukatau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Jamur tiram putih
juga bisa tumbuh pada medium serbuk gergaji, limbah jerami, atau limbah
kapas. Dinamakan jamur tiram karena mempunyai rasa dan tekstur yang
mirip tiram yang berwarna putih.
Jamur tiram yang dalam bahasa latin
disebut Pleurotus sp ini memiliki sebutan yang berbeda di tiap daerah,
di antaranya shimeji (Jepang), abalon mushroom atau oyster mushroom
(Eropa atau Amerika), dan supa liat (Jawa Barat). Jamur tiram, Pleurotus
ostreatus, pertama kali di budidayakan di Jerman sebagai makanan
alternatif selama Perang Dunia I dan sekarang sengaja dibudidayakan
secara komersial di seluruh dunia untuk makanan. Budidaya pertama ini
didokumentasikan oleh Kaufert.
Jamur tiram
putih merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah banyak
dibudidayakan orang. Media tanam atau substraknya yang sudah umum
digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang
gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak
beracun, kemudian dicampur dengan bahan-bahan yang lain dengan
pertimbangan tertentu.
Ciri fisik Jamur Tiram
Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah
dari hitam, abu-abu, cokelat, hingga putih dengan permukaan
yang hampir licin dengan diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit
berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran 8-11 x 3-4 um. Miselium
berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.
Saat masih muda, jamur tiram berbentuk
seperti kancing yang kemudian berkembang menjadi pipih. Warna tudungnya
cokelat gelap kebiru-biruan lalu segera menjadi cokelat pucat dan
berubah menjadi putih bila telah dewasa. Tangkai sangat pendek dan
berwarna putih.
Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur
tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak
baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Usahakan budidaya jamur
tiram menggunakan bibit berkualitas yang dapat dibeli dari petani lain
atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram cukup
sederhana, harga terjangkau. Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di
dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media
dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap
bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam
menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna
memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan
di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang
berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat
ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di
dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan
berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai
penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras
karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam
meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak
mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras
yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon,
kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya
harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan
sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar
bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna
oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara
menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan
berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 C°.
Alternatif bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu
adalah berbagai macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu,
dan ampas teh. Namun berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di
dataran rendah, media yang baik untuk digunakan tetap serbuk gergaji
kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai
substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli
dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut
masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah
terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang
tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun
teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena kandungan
nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap
lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari
karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi
sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat
menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa
menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong
plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun
komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg;
dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg;
dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.
Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak
disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu
100 C°. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi
mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada
serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua
bahan tersebut kemudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga
adonan menjadi rata dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan
nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk
mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam
memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar agar
jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-bahan telah
cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga
benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon
dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat
dengan karet.
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam
autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15
menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat
menggunakan drum dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50
baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan
oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih
lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan,
yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun
sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian
dilakukan penanaman bibit jamur.
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah
kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat,
alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang
mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus
dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan
menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus
disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin.
Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya
menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya
kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah
menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang
dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan
mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat
menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan.
Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur
sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga
sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati.
Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang
sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua
ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting
adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu
dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang
menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun
jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang
lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur
tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor
kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan
jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu,
hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi
terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara.
Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses
penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat
menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi
penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen
kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat
pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat.
Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan
kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang
tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung
tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar
rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan
rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan
formalin.
Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan
membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan
secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan
insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk
menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena
produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan
hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas
biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama
kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga
dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
TUMBUHNYA CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp.,
Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau
baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai
dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya
lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan
pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali.
Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat
pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung
yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan
peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga
kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak
berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka
ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera
dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian
dibakar.
Tangkai Memanjang
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan
tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang
maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2
akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang
penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung
seoptimal mungkin.
PANEN DAN PASCA PANEN
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh
pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama
panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen
cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o
hari setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal,
yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan
tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya
bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur
yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh
atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika
dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk
dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk
menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan
permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang
dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih,
kemudian bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses
pencucian dan pemisahan ini penting untuk dilakukan karena bila selama
proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida
akan mengendap pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat
residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya,
proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan
bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang
seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.
Demikian semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka.
- Jamurpedia
sumber gambar : http://sumarsih07.files.wordpress.com/2010/01/di-kumbung-jamur.jpg dan http://st281560.sitekno.com/images/art_16550.jpg
0 comments:
Post a Comment