Selamat Sore semuanya, menyambung artikel saya sebelumnya tentang Budidaya Sapi Potong ( Penggemukan Sapi) kali ini saya akan mengulas tentang kerabat nya sapi Potong, yaitu Sapi perah. kita langsung aja Ke TKP ya ......!!!!
I. Pendahuluan
Peternakan Sapi Perah di Indonesia sangatlah berbeda dengan Peternakan Sapi Potong yang bersekala besar sebagian besar, para peternak Sapi Perah di indonesia masih
berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini
diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap
tahunnya sekitar 1,24% dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan
Susu selama ini belum mencukupi permintaan,
Sama hal nya dengan Sapi Pedaging, sapi perah sudah sangat dikenal oleh masyarakat karena susunya
dapat dikonsumsi oleh segala umur. Susu sapi adalah sumber pangan yang sangat
sempurna dan tinggi kandungan gizinya sebagai sumber energi, protein, lemak,
vitamin dan mineral sehingga bagi masyarakat yang sangat memperhatikan
kesehatan tubuh menjadikan susu sebagai menu harian yang harus dikonsumsi. Melihat jumlah penduduk Indonesia yang
sangat besar mencapai 220 juta jiwa, mulai dari balita sampai lanjut usia sehingga
kebutuhan susu sapi sangat tinggi. Hal ini menyebabkan peternakan sapi perah
mulai diminati masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan pola budidaya sapi
perah yang intensif sehingga dapat memproduksi susu dengan maksimal sesuai
dengan potensinya.
Faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi
adalah bibit sapi perah yang berkualitas, pakan yang lengkap
nutrisi dan jumlahnya, model perkandangan yang sesuai, kebersihan sapi dan
kandang yang terjaga setiap hari, kondisi lingkungan yang sesuai dengan sapi
serta upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang teratur dan kontinyu. Pemilihan bibit sapi perah sangat menentukan
jumlah produksi susu. Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi
susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%.
Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga
mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan
yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan
budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai
385 juta m3/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang.
Produksi susu sapi di Indonesia rata-rata masih kurang dari 10 liter/hari dan
jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
Lokasi yang ideal
Untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Lokasi yang ideal
Untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat
dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki.
Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Lantai kandang harus
diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai
terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.
Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh
bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih
dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya. Ukuran
kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2
m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup
1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di
sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m).
II. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
- produksi susu tinggi,
- umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
- berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
- bentuk tubuhnya seperti baji,
- matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
- ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
- tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
- tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
- berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
- kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
- jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
- pertumbuhan ambing dan puting baik,
- jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
- sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- umur sekitar 4-5 tahun,
- memiliki kesuburan tinggi,
- daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
- berasal dari induk dan pejantan yang baik,
- besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
- kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
- muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
- paha rata dan cukup terpisah,
- dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
- badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
- sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
- Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya. - Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya. - Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
III. Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan. - Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
(a) produksi susu tinggi,
(b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
(c) berasal dari induk dan
pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi,
(d) bentuk tubuhnya
seperti baji,
(e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak
kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
(f) ambing cukup besar,
pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu
banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak
dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
(g) tubuh sehat dan
bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
(h) tiap tahun beranak. Untuk
mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan
hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan.
Bibit yang baru
datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum
air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan
ditimbang serta dicatat penampilannya. Seluruh sapi perah dara yang belum
menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu,
harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu,
sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena
radang ambing dan temperamennya.
IV. Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
- sistem penggembalaan (pasture fattening)
- kereman (dry lot fattening)
- kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.
Selain makanan, sapi harus diberi air minum
sebanyak 10% dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama adalah pemberian
pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan
kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan
dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di
musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan
bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat
kakinya.
Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi perah yaitu :
A. Penyakit Antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
(2) gangguan pernafasan;
(3) pembengkakan pada
kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
(4) kadang-kadang
darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan
vagina;
(5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
(6) limpa bengkak
dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati;
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati;
B. Penyakit
mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE),
Penyebab:
virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air
liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala:
(1) rongga mulut, lidah,
dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi
cairan yang bening;
(2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
(3) nafsu
makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
(4) air liur keluar
berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan
dan diobati secara terpisah;
C. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
C. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
(2) kulit kuku
mengelupas;
(3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
(4) sapi pincang
dan akhirnya bisa lumpuh. Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan
memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30
menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang
bersih dan kering.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).
- Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.
- Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.
- Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.
- Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melaluipeningkatan efisiensi produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24.
- Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal.
- Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.: 278-279.
- Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26.
- Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal.
- Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and veterinary practice. Baltimore Maryland, University Park Press: 82-112; 150.
- Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33.
- Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong. Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34.
- Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa kering? Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 24-25.
- Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment affects production and health. Proceedings of the International Livestock Environment Conference. St. Joseph, American Society of Agricultural Engineers.
0 comments:
Post a Comment