Didalam Dunia Perikanan Ikan Lele (Clarias)
adalah ikan yang dapat di Budidaya, ikan ini adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai
ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta
mimiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian
mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies).
Sedikitnya terdapat 55 spesies (jenis) ikan lele di seluruh dunia.
Ikan-ikan
marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak
bersisik, dengan sirip punggung dan siripanus yang juga panjang, yang
terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak
seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas,
dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong,
dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang
amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat
pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat
sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.
Nama-nama Ikan Lele
Lele, secara ilmiah, terdiri dari
banyak spesies.dan di indonesia ini ikan lele banyak sekali nama nya diantaranya :
- Ikan Kalang (Sumatra Barat)
- Ikan Maut (Gayo dan Aceh)
- Ikan Kalang Putih (Padang)
- Ikan Duri (Sumatera Selatan)
- Ikan Sibakut (Karo)
- Ikan Pintet, ikan Kaleh (Kalimantan Selatan)
- Ikan Penang (Kalimantan Timur)
- Ikan Keling (Makassar)
- Ikan Cepi (Sulawesi Selatan)
- Ikan Lele, Wais, dan Lindi (Jawa Tengah)
- Ikan Wiru (Jawa Barat)
Sedang di negara lain dikenal dengan
nama Keli (Malaysia) Mali (Afrika), Plamond (Thailand), Gura Magura
(Srilangka), Ca Tre Trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut
pula Catfish, Siluroid, Mudfish dan Walking Catfish. Nama
ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani “chlaros”, yang berarti
‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan
bergerak di luar air.
Spesies Ikan Lele
Sedikitnya terdapat 55–60 spesies anggota
marga Clarias diseluruh dunia. Dari jumlah itu, di Indonesia kini
diketahui belasan spesies lele, beberapa di antaranya baru dikenali dan
dideskripsi dalam 10 tahun terakhir. Berikut ini adalah daftar jenis
(spesies) Ikan Lele menurut Ferraris (2007), yang terdapat di Indonesia.
- Clarias batrachus (Linnaeus, 1758). Disebut juga Lele kampung, Kalang, Ikan Maut, Ikan Pintet. Menyebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
- Clarias gariepinus (Burchell, 1822). Disebut sebagai Lele Dumbo (King Catfish). Menyebar luas di Afrika dan Asia Kecil, kini diternakkan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
- Clarias insolitus (Ng, 2003). Endemik di aliran Sungai Barito, Kalimantan.
- Clarias intermedius (Teugels, Sudarto & Pouyaud, 2001). Endemik di Kalimantan Tengah, di antara Sampit dengan Sungai Barito.
- Clarias kapuasensis (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003). Endemik di Kalimantan Barat, di sekitar aliran Sungai Melawi dan Kapuas.
- Clarias leiacanthus (Bleeker, 1851). Endemik di Kalimantan Barat, di aliran Sungai Kapuas.
- Clarias meladerma (Bleeker, 1846). Disebut juga dengan Wiru, Wais, Ikan Duri, atau Lele Hitam. Terdapat di lembah Sungai Mekong, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Filipina.
- Clarias microstomus (Ng, 2001). Endemik di Kalimantan Timur, di sekitar aliran Sungai Mahakam dan Kayan.
- Clarias nieuhofii (Valenciennes, 1840). Disebut juga dengan Limbat, Lembat. Terdapat di Sumatra, Kalimantan, India, Filipina, Thailand, dan pesisir Kamboja, serta kemungkinan di sisi Pegunungan Cardamom di arah Sungai Mekong.
- Clarias nigricans (Ng, 2003). Endemik di Kalimantan Timur, di sekitar aliran Sungai Mahakam.
- Clarias olivaceus (Fowler, 1904). Endemik di Sumatera Barat, di sungai-sungai dataran tinggi.
- Clarias planiceps (Ng, 1999). Disebut juga sebagai Lele Kepala-pipih. Endemik Kalimantan. Habitatnya meliputi hulu Sungai Rajang dan Kapuas, Kalimantan Barat, serta Sungai Kayan, Kaltim.
- Clarias pseudoleiacanthus (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003). Endemik Kalimantan.
- Clarias pseudonieuhofii (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2004). Endemik Kalimantan Barat, pada sistem Sungai Kapuas bagian hulu.
- Clarias teijsmanni (Bleeker, 1857). Dinamakan juga sebagai Lele Kembang. Menyebar di sekitar aliran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat, dan Jawa.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: tinopterygii. Ordo: Siluriformes. Famili: Clariidae. Genus: Clarias (Scopoli, 1777)
Pembudidayaan Ikan lele
Di dalam Dunia Perikanan Usaha ternak atau budidaya ikan lele memang masih menjadi daya tarik dan banyak diminati masyarakat Indonesia. Dikareenakan Ikan lele memiliki nilai Ekonomis yang lumayan tinggi, juga dibandingkan dengan jenis ikan lain ikan lele ini relatif lebih mudah dan murah dalam teknik budidayanya.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari teknik budidaya ikan lele dengan menggunakan kolam terpal
1. Menambah Peluang Baru Budidaya di Lahan yang Terbatas
Pada awalnya, budidaya ikan lele banyak dilakukan di kolam-kolam
konvensional seperti kolam tanah, kolam tembok, kolam beton, atau bahkan
di kolam yang terbuat dari fiber glass. Namun seiring makin
berkembangnya teknik budidaya, maka berkembang teknik budidaya lele
dengan memanfaatkan terpal, atau dikenal dengan nama kolam terpal.
Kolam terpal sebagai tempat budidaya lele awalnya banyak berkembang
di daerah Pantura Jawa Barat sebelum akhirnya berkembang menyebar ke
daerah lainnya termasuk ke luar Pulau Jawa.
Pada perkembangan selanjutnya, teknik kolam terpal ini malah disukai
oleh masyarakat perkotaan, teknik ini sangat disukai karena cocok
dilakukan tanpa memerlukan lahan yang luas, bahkan bila perlu lahan
bekas garasi mobil saja bisa dimanfaatkan, atau pekarangan sempit di
belakang rumah.
2. Teknik Praktis namun Memiliki Tingkat Keberhasilan Tinggi
- Proses pembuatan kolam terpal tergolong sangat praktis dan mudah. Pengerjaan pembuatannya mungkin hanya dibutuhkan beberapa jam saja. Jauh berbeda dengan misalnya kalau kita mempersiapkan kolam tanah atau kolam tembok, waah…hitungannya berhari-hari.
- Waktu produksi lebih cepat. Kolam terpal setelah panen hanya cukup dibersihkan dan diisi air baru. Berbeda dengan kolam konvensional yang perlu waktu kurang lebih seminggu agar bisa digunakan kembali, mengingat tanah harus diolah, dijemur, dan dikeringkan.
- Pemakaian air lebih irit
- Berdasarkan beberapa hasil penelitian (menurut para ahli..lho), tingkat kelangsungan hidup atau SR (survival rate) lele yang dipelihara dalam kolam terpal dapat mencapai 80%, ini lebih tinggi dibandingkan bila di kolam konvensional yang hanya 50-60%.
- Posisi kolam terpal bisa dipindah
- Kolam terpal apabila tidak dipakai bisa dilipat untuk digunakan kembali lain waktu.
3. Cocok untuk Kawasan atau Daerah yang Kritis Air
Teknik ini memungkinkan budidaya dapat dilakukan pada daerah yang
supplai airnya kurang atau jauh. Teknik ini tidak memerlukan air yang
mengalir dan dapat mengurangi resiko kebocoran-kebocoran air seperti
yang biasa terjadi pada kolam konvensional.
4. Keuntungan Teknis dan Finansial
- Secara teknis, banyak kemudahan dengan budidaya menggunakan kolam terpal. Mulai dari teknis pembuatan, pemeliharaan sampai ke tahap pasca panen relatif lebih mudah dibandingkan kolam konvensional.
- Pencegahan dan pengendalian hama maupun penyakit lebih mudah sehingga persentase SR lebih tinggi dibandingkan pada kolam biasa.
- Hal tersebut tentu saja akan berkorelasi dengan biaya yang harus kita keluarkan. Biaya yang harus dikeluarkan, secara sederhana apabila kita bandingkan akan jauh lebih murah dibandingkan kolam tembok atau tanah.
5. Kualitas Produk lebih Diminati
Hasil budidaya lele dalam kolam terpal akan menghasilkan ikan lele
yang tidak berbau ‘lumpur’, yang mana bau lumpur tersebut biasanya
dihasilkan dari budidaya lele dengan kolam tanah atau tembok. ‘Bau
lumpur’ ini rata-rata ternyata menurunkan selera makan para konsumen,
sehingga rasa asli ikan lele yang gurih pun tidak dapat dinikmati.
Pembuatan Kolam Terpal
Pada prakteknya, terdapat dua jenis kolam terpal berdasarkan tempat
dimana pembuatan dan penyimpanan kolam terpal dilakukan. Kolam terpal
jenis pertama adalah kolam terpal yang ditanam di dalam tanah dan jenis
ke-dua kolam terpal yang dibuat di atas permukaan tanah.
1. Kolam Terpal dalam Tanah
Kolam terpal dalam tanah dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk
persegi seperti akan membuat kolam tanah dengan kedalaman biasanya 50
cm. Kemudian terpal dimasukkan mengikuti ukuran kolam yang sudah
dibuat. Tanah bekas galian dimasukkan karung untuk dijadikan tanggul di
bibir kolam.
Kelebihan dari kolam terpal jenis ini adalah suhu air di dalam kolam
dapat lebih stabil terhadap pengaruh suhu udara. Kekurangannya adalah
kolam ini tidak portable atau knock down serta tidak mungkin berpindah-pindah…hehe
2. Kolam Terpal di atas Permukaan
Jenis kolam terpal ini yang paling banyak digunakan. Selain praktis,
juga sangat fleksibel. Jenis kolam terpal ini mungkin yang paling
banyak diaplikasikan. Cara pembuatannya secara garis besar adalah
sebagai berikut :
Bahan-bahan yang dibutuhkan :
a. Terpal Plastik
Banyak jenis terpal yang beredar, pada umumnya yang dipakai adalah
terpal plastik yang biasa digunakan untuk atap tenda. Pada pemilihan
jenis terpal ini tidak ada syarat khusus, yang penting terpal memiliki
ketebalan dan kekuatan yang memadai untuk menahan tekanan air dan tidak
terlalu mudah sobek. Pintar-pintar memilih, karena ketebalan terpal
plastik cukup bervariasi pula, dan ini sangat berhubungan erat dengan
kekuatan dan ketahanan terpal. Anda tidak mungkin mau kan…bila setiap selesai panen harus selalu ganti terpal.
Perhatikan dan hitung kebutuhan ukuran luas terpal yang akan
digunakan. Pertimbangannya adalah ukuran terpal plastik siap pakai yang
ada di pasaran terdapat beberapa ukuran, mulai dari 4 x 6 meter sampai
ada yang berukuran 6 x 10 meter. Ukuran terpal plastik di setiap daerah
mungkin sedikit berbeda-beda. Beberapa jasa konveksi ada pula yang
menyediakan terpal plastik dengan ukuran sesuai permintaan, namun
tentunya akan lebih mahal harganya. Pada intinya, ukuran terpal plastik
sangat berhubungan erat dengan ukuran luas dan kedalaman kolam yang
akan kita buat.
b. Bambu atau Kayu untuk Kerangka Kolam
Bahan bambu atau kayu digunakan untuk kerangka kolam, bahan lain yang
bisa dipakai adalah besi, namun tentunya modal yang harus disiapkan
lebih tinggi.
Pilihan bahan dan ukuran bambu atau kayu tidak ada ketentuan pasti.
Tapi yang pasti, untuk setiap sudut (untuk patok atau tiang utama)
diperlukan ukuran yang lebih besar agar lebih kuat. Misalnya
menggunakan bambu berdiameter minimal 7 cm atau balok kayu ukuran 6 x 8.
c. Bambu atau Papan Kayu untuk dinding dan dasar kolam penahan terpal
d. Paralon
Paralon diperlukan untuk mengatur ketinggian air (sistem overflow)
dan untuk mempermudah pada saat membuang air kolam. Ukuran paralon yang
dipakai biasanya diameter 2″ atau 3″, tergantung pada luas kolam anda,
mungkin saja anda menggunakan diameter 4″ karena kolam cukup luas.
e. Pagar dan atap kolam
Ini diperlukan untuk melindungi kolam dari hama atau binatang.
Bahannya dapat anda pilih, memakai plastik, waring atau bahan-bahan yang
tersedia disekitar anda.
Pembuatan Kolam Terpal
Tidak diperlukan keahlian secara khusus pada saat membuat kolam
terpal. Namun apabila anda kurang yakin, anda bisa melibatkan tukang
kayu, terutama pada saat pembuatan kerangka kolam. Secara garis besar
ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan :
a. Persiapkan peralatan pertukangan, seperti gergaji, palu, ketam, paku dan golok.
b. Pemilihan tempat.
Pastikan lokasi mudah dijangkau atau dekat sumber air, atau setidaknya air dapat dialirkan ke kolam melalui bantuan selang air.
c. Lahan atau tempat yang akan digunakan harus bersih
dari benda-benda tajam seperti batu, dan lakukan pembersihan dari
rumput dan pepohonan yang terlalu rimbun yang dapat mengganggu masuknya
sinar matahari.
d. Beri tanda ukuran kolam yang akan dibuat,
misalnya memakai benang atau sejenisnya. Apabila akan membuat lebih dari
satu kolam, perhatikan jarak antar kolam. Jarak antar kolam ini
diperlukan untuk mempermudah pada saat mulai pemeliharaan maupun panen.
e. Pasang patok atau tonggak utama
dari balok kayu atau bambu di setiap sudut. Untuk memperkuat kolam,
tambahkan beberapa patok di setiap sisi dengan jarak per 1 meter.
f. Memasang kerangka dinding dan dasar kolam.
Lakukan pemotongan kayu kaso atau bambu sesuai ukuran kolam untuk
membentuk rangka. Dasar kolam dibuat lebih tinggi agar terpal plastik
tidak langsung bersentuhan dengan lantai tanah atau tembok. Gunakan
paku 5 atau 7 untuk menyambung bahan membentuk kerangka. Posisi lantai
atur miring ke salah satu sisi, tujuannya agar pada saat panen, menguras
dan membersihkan air kolam lebih mudah.
g. Memasang dinding dan lantai kolam. Gunakan papan
kayu atau potongan bilah bambu untuk disusun membentuk dinding dan
lantai. Usahakan papan atau bilah bambu permukaannya halus, hal ini
untuk mencegah terpal rusak atau sobek karena permukaan dinding atau
lantai kasar atau tajam.
h. Letakkan paralon beserta knee secara horisontal pada sisi kolam terendah, tujuannya untuk pembuangan air.
i. Memasang terpal. Lakukan pemasangan terpal
plastik dengan baik, hati-hati dan rapi cukup rapat ke permukaan dinding
dan lantai. Bagian sudutnya kemudian dilipat dengan rapi. Pada bibir
kolam atas, terpal bisa dijepit dengan papan atau bilah bambu agar
terlihat rapi dan posisi terpal stabil.
j. Pada bagian paralon pembuangan, lubangi terpal dengan bentuk silang atau bintang agar dapat dibuat sambungan menggunakan knee atau sambungan paralon.
k. Isi kolam terpal yang sudah jadi tersebut dengan air
kurang lebih 1/3-nya, periksa apakah ada yang bocor di bagian dasar
atau dinding bawah kolam. Perbaiki dan lakukan penambalan bila terjadi
kebocoran. Lanjutkan pengisian dengan air sambil terus diperiksa dan
amati, baik kebocoran maupun kekuatan kolam terhadap tekanan air.
Kolam siap digunakan.
Budidaya ikan lele bisa dilakukan pada ketinggian mulai 1 – 800 meter dpl (di atas permukaan laut) dan tidak memerlukan persyaratan lokasi, baik tanah maupun air yang spesifik.
Berapa luas yang dibutuhkan untuk budidaya lele ini ? Tidak ada bentuk atau ukuran luas yang pasti, tergantung dari umur lele dan kedalaman kolam. Namun tentu secara prinsip, makin besar ukuran lele yang akan dipelihara semakin luas kolam yang dibutuhkan, dan semakin dalam kolam yang disiapkan, tentunya semakin banyak jumlah lele yang bisa dipelihara.
Jadi patokan luasnya kumaha atuh ? Sekedar gambaran, apabila disiapkan kolam dengan kedalaman 75 cm, padat tebar benih dengan ukuran 5 – 8 cm adalah 50 – 100 ekor/meter persegi, dan benih dengan ukuran 8 – 12 cm adalah 30 – 50 ekor/meter persegi.
Ada beberapa persiapan kolam yang perlu dilakukan sebelum mulai pembesaran lele. Untuk kolam tanah, sebaiknya 2-3 hari sebelum digunakan dikeringkan dan dijemur di bawah terik matahari. Tujuannya untuk membunuh hama dan penyakit, bila perlu taburkan pula kapur pertanian (kapur dolomit) dengan tujuan menaikkan pH dan membunuh penyakit, dosis kapur 25 – 50 gr/meter persegi.
Untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton di kolam tanah, pupuk bokashi dapat sekaligus ditaburkan dengan dosis 400-500 gr/m2. Atau memakai SOC HCS dengan dosis 1 tutup botol untuk tiap 2 meter persegi kolam, atau dapat pula memanfaatkan pakan/pelet hasil fermentasi yang dimasukkan ke dalam karung dan digantung terendam air di setiap sudut kolam.
Biarkan kolam terendam air setinggi 70 – 100 cm selama 3-4 hari, tujuannya untuk pengkondisian pH dan tumbuhnya plankton sebagai pakan alami lele.
Bahan utama adalah kotoran ternak yang berasal dari kambing, ayam maupun sapi. Kotoran ternak yang paling bagus adalah kotoran ternak yang sebelumnya pakan ternaknya sudah mengandung SOC.
2. Ampas tahu/bungkil kedelai : 15%
3. Tepung ikan (bisa pakai kepala udang) : 10%
4. Katul/dedak halus : 25%
5. Terasi (direbus hingga mendidih) : 10%
6. Tepung daun (bisa pakai sisa sayuran pasar) : 5%
7. Bulu ayam (haluskan) : 5%
8. SOC HCS
9. Gula pasir
Oke cukup sekian dulu tulisan kali ini. Analisa usaha dan jenis serta penanggulangan penyakit pada ternak ikan lele mudah-mudahan bisa kita bahas pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka :
– Pelet Apung Pola HCS — anonim
- Lele Sangkuriang, Khairuman & Khairul Amri, Gramedia 2008
– Pertenakanikan blogspot com
– Khairuman, Toguan Sihombing, & Khairul A, Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal, Agromedia 2009
Kolam siap digunakan.
Syarat Tumbuh dan Pemilihan Lokasi
Ikan lele termasuk jenis ikan yang tidak ribet dalam pilih-pilih lokasi dan kondisi. Budidaya dapat dilakukan hampir di tiap tempat dengan kondisi dan lokasi yang beragam.Budidaya ikan lele bisa dilakukan pada ketinggian mulai 1 – 800 meter dpl (di atas permukaan laut) dan tidak memerlukan persyaratan lokasi, baik tanah maupun air yang spesifik.
Persiapan Kolam Pembesaran
Kegiatan budidaya lele, baik pembenihan, pendederan maupun pembesaran dapat dilakukan pada kolam tanah, bak tembok, kolam terpal atau bak plastik. Lahan yang dibutuhkan relatif tidak perlu luas seperti halnya budidaya jenis ikan lain. Apabila menggunakan bak plastik atau kolam terpal, budidaya malah dapat dilakukan di halaman atau pekarangan rumah.Berapa luas yang dibutuhkan untuk budidaya lele ini ? Tidak ada bentuk atau ukuran luas yang pasti, tergantung dari umur lele dan kedalaman kolam. Namun tentu secara prinsip, makin besar ukuran lele yang akan dipelihara semakin luas kolam yang dibutuhkan, dan semakin dalam kolam yang disiapkan, tentunya semakin banyak jumlah lele yang bisa dipelihara.
Jadi patokan luasnya kumaha atuh ? Sekedar gambaran, apabila disiapkan kolam dengan kedalaman 75 cm, padat tebar benih dengan ukuran 5 – 8 cm adalah 50 – 100 ekor/meter persegi, dan benih dengan ukuran 8 – 12 cm adalah 30 – 50 ekor/meter persegi.
Ada beberapa persiapan kolam yang perlu dilakukan sebelum mulai pembesaran lele. Untuk kolam tanah, sebaiknya 2-3 hari sebelum digunakan dikeringkan dan dijemur di bawah terik matahari. Tujuannya untuk membunuh hama dan penyakit, bila perlu taburkan pula kapur pertanian (kapur dolomit) dengan tujuan menaikkan pH dan membunuh penyakit, dosis kapur 25 – 50 gr/meter persegi.
Untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton di kolam tanah, pupuk bokashi dapat sekaligus ditaburkan dengan dosis 400-500 gr/m2. Atau memakai SOC HCS dengan dosis 1 tutup botol untuk tiap 2 meter persegi kolam, atau dapat pula memanfaatkan pakan/pelet hasil fermentasi yang dimasukkan ke dalam karung dan digantung terendam air di setiap sudut kolam.
Biarkan kolam terendam air setinggi 70 – 100 cm selama 3-4 hari, tujuannya untuk pengkondisian pH dan tumbuhnya plankton sebagai pakan alami lele.
Kondisi Air
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah terlebih dahulu dikondisikan. Air hujan perlu dikondisikan, terutama pH-nya, air hujan rata-rata memiliki pH asam sehingga perlu dikondisikan dulu agar pH tidak terlalu asam.Penebaran Benih
Proses ini dilakukan 4-5 hari (beberapa peternak sampai 10-12 hari) setelah pemupukan.- Kondisi benih yang akan ditaburkan harus dalam kondisi sehat, tidak cacat, dan berukuran relatif sama besar atau panjang (ukurannya seragam)
- Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah, yaitu pada pagi atau sore hari menjelang malam
- Bila benih berasal dari tempat yang jauh dari kolam pemeliharaan, lakukan penyesuaian atau aklimatisasi agar ikan lele tidak stress dengan cara, kantong plastik atau wadah tempat benih atau bibit dibiarkan terapung dulu di permukaan kolam selama 10-15 menit
- Selanjutnya kantong plastik dibuka, dan ditambah air kolam sedikit demi sedikit sampai diperkirakan kondisi air sama dengan air kolam. Selanjutnya biarkan bibit atau benih keluar dengan sendirinya dan masuk ke dalam kolam
Pemeliharaan
- Pemberian makanan tambahan dilakukan 3 hari setelah penebaran
- Untuk minggu ke-1 sampai ke-2, pakan yang diberikan berupa pakan buatan, yaitu pelet. Pelet ini dapat dibeli atau membuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada, sehingga anda dapat menekan biaya operasional. Mengenai pembuatan pelet lele dengan cara HCS dibahas di bagian selanjutnya dari tulisan ini
- Pakan diberikan 3 kali per hari, pagi, sore, dan malam hari. Bahkan menurut para ahli, pemberian pakan dapat dilakukan secara ad libitum, yaitu jumlahnya tidak dibatasi sampai lele yang dipelihara kenyang
- Pada minggu berikutnya dapat pula ditambahkan pakan alternatif, misalnya berupa daging bekicot, keong mas atau limbah dari pemotongan hewan
Pembuatan Pakan Pelet Apung untuk Lele dengan Pola HCS
Prinsip pembuatan pelet apung berikut adalah proses fermentasi menggunakan SOC HCS, seperti halnya pada pembuatan pakan fermentasi untuk kambing.Bahan utama adalah kotoran ternak yang berasal dari kambing, ayam maupun sapi. Kotoran ternak yang paling bagus adalah kotoran ternak yang sebelumnya pakan ternaknya sudah mengandung SOC.
Bahan-bahan untuk membuat pakan pelet lele:
1. Kotoran ternak yang sudah pakai SOC : 30%2. Ampas tahu/bungkil kedelai : 15%
3. Tepung ikan (bisa pakai kepala udang) : 10%
4. Katul/dedak halus : 25%
5. Terasi (direbus hingga mendidih) : 10%
6. Tepung daun (bisa pakai sisa sayuran pasar) : 5%
7. Bulu ayam (haluskan) : 5%
8. SOC HCS
9. Gula pasir
Cara Pembuatan :
- Setelah didapat ukuran bahan baku yang pas tersebut di atas, campur semua bahan baku sampai tercampur benar.
- Larutkan SOC 1 tutup (untuk 10 kg bahan) ke dalam air secukupnya dan tambahkan gula pasir sebanyak 2 sendok makan, lalu diamkan selama 15 menit
- Lalu campurkan ke semua bahan sampai rata (gunakan semprotan/sprayer agar lebih merata)
- Campur bahan sampai benar-benar merata dan dalam keadaan mamel , kemudian diteruskan proses fermentasi selama 24 jam.
- Pakan siap diberikan pada lele.
- Agar lebih awet cetak pelet dengan menggunakan gilingan daging dan dijemur sampai kering pada hari itu juga.
Oke cukup sekian dulu tulisan kali ini. Analisa usaha dan jenis serta penanggulangan penyakit pada ternak ikan lele mudah-mudahan bisa kita bahas pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka :
– Pelet Apung Pola HCS — anonim
- Lele Sangkuriang, Khairuman & Khairul Amri, Gramedia 2008
– Pertenakanikan blogspot com
– Khairuman, Toguan Sihombing, & Khairul A, Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal, Agromedia 2009
0 comments:
Post a Comment