Thursday, 22 January 2015

Budidaya Bunga Krisan

I. Sejarah Singkat

Krisan Merupakan Tanaman Bunga Hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau bunga emas  (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.

II. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:
Divisi          :  Spermathophyta
Sub Divisi   :  Angiospermae
Famili          :  Asteraceae
Genus          :  Chrysanthemum
Species        :  C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll.

 Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:

a)Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).

b)Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).

c)Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

III. MANFAAT

Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
 a.  Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
b. Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
IV. SENTRA PENANAMAN
Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).

V. SYARAT PERTUMBUHAN
a. Iklim
1. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik .
2. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2  dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode  pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
3. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
4. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
5. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
b. Media Tanam
1. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
2. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.

VI. PEDOMAN BUDIDAYA

A. Pembibitan
1. Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
2. Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
a. Bibit asal anakan
b. Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek. 
c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan: 
1.  Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
2.Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar. 
3.Medium MS padat  ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a. Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip

b.Perbanyakan vegetatif tanaman induk
  1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
  2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
  3.  Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm. 
 c. Teknik Penyemaian Bibit
1. Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b. Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya. Akan Tetapi Cara ini sangat lah sulit dilakukan karena membutuhkan Alat yang lumayan canggih.
B. PENANAMAN

1) Teknik Penanaman Bunga Potong
a.  Penentuan Pola Tanam.
Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan secara
monokultur.
b.  Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara
ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada
hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
c.  Pupuk Dasar
Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram
ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan
merata pada tanah sambil diaduk.
d.  Cara Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah
tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G.
Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam
1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit.
Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari
sungkup plastik transparan.
2.  Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang
Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi dengan
menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
a.  Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang dinginkan.
Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan
cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya
beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen
tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm pada
tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif
antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan.
Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu
pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukan
secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan
penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam
mulai pukul 22.30-01.00.
b.  Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang
kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan
dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah
ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada fase Generatif
digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25
gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau
lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c. Penyiraman
Jika cuaca harian rata – rata sedang panas, sebaiknya penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore. Namun jika cuaca cukup teduh, maka penyiraman cukup dilakukan satu kali saja.
VIII. PANEN & PASCA PANEN

Panen dan Pasca Panen Bunga Krisan : Tanaman bunga krisan mulai berbunga pada umur 10-14 minggu setelah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar. Saat panen yang paling tepat untuk bunga krisan standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Bunga krisan tipe spray dapat dipanen bila 70-75 % dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar.
Pemanenan bunga bunga krisan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Seusai panen segera dilakukan kegiatan penanganan pasca panen. Kegiatan tersebut meliputi tahap-tahap: penampungan (pengumpulan hasil), penyortiran dan pembersihan, pengkelasan (grading), pengikatan, pembungkusan, pengepakan (pengemasan), pengangkutan, penyimpanan, pemasaran.
Sortasi : Bunga-bunga potong yang telah diangkut dari lahan dikelompokkan berdasarkan varietasnya kemudian diperiksa hama dan penyakit tanaman pada bunga. Selanjutnya bunga disortir dengan Sandar Nasional Indonesia (SNI) Bunga yang telah disortir kemudian diikat dengan karet tidak terlalu kencang dengan jarak 10 cm dari pangkal batang sehingga membentuk buket.
Pengemasan : Pengemasan bertujuan untuk menghindarkan bunga dari kerusakan, menjaga kualitas, mempercantik penampilan bunga, dan memberikan nilai tambah secara ekonomis. Pembungkusan dilakukan secara manual menggunakan kertas putih dengan ukuran 60 cm x 40 cm Kertas pembungkus dilengkapi dengan kelas mutu, peringatan dan perhatian, tanggal panen.
Penyimpanan : Bunga bunga krisan potong yang tidak langsung terjual atau terkirim diletakkan pada ember berisi air bersih setinggi 15 cm dan dimasukkan ke dalam ruang pendingin pada suhu 40-800C. Bila akan dikirim jauh, bunga disimpan didalam ruang pendingin minimal selama empat jam. Lama penyimpanan bunga yang layak jual maksimal empat hari, meskipun penyimpanan dapat dilakukan selama satu bulan.
 
VII. HAMA PENYAKIT
  1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
    • Gejala: memakan & memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk & tangkai terkulai.
    • Pengendalian: mencari & mengumpulkan ulat pada senja hari & semprot dengan insektisida.
  2. Thrips (Thrips tabacci)
    • Gejala: pucuk & tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
    • Pengendalian: mengatur waktu tanam yg baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yg mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
  3. Tungau merah (Tetranycus sp)
    • Gejala: daun yg terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, & bercak-bercak kuning sampai coklat.
    • Pengendalian: memotong bagian tanaman yg terserang berat & dibakar & penyemprotan pestisida.
  4. Penggerek daun (Liriomyza sp) :
    • Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yg mengelilingi permukaan daun.
    • Pengendalian: memotong daun yg terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
  1. Karat/Rust
    • Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn.
    • Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam & terjadi lekukan-lekukan mendalam yg berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.
    • Pengendalian: menanam bibit yg tahan hama & penyakit, perompesan daun yg sakit, memperlebar jarak tanam & penyemprotan insektisida.
  2. Tepung oidium
    • Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi.
    • Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat & mengering.
    • Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yg sakit & penyemprotan fungisida.
  3. Virus kerdil & mozaik
    • Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus & Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).
    • Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.
    • Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yg tercemar penyakit & pekerja kebun.
    • Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau & kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
    • Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yg sakit, menggunakan alat-alat pertanian yg bersih & penyemprotan insektisida utk pengendalian vektor virus.
 Demikian Petunjuk Singkat Budidaya Bunga Krisan, semoga bermanfaat.
mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan.



Daftar Pustaka
  1. Rahmat, Dede. 2004. Teknik Budidaya Krisan.Bandung : Gajamada
  2. Rukmana dan Mulyana. 1997. Budidaya Krisan. Jakarta: Konisius
  3. Sanjaya L. 1996. Krisan Bunga Potong dan Tanaman Pot yang Menawan. Jurnal Litbang Pertanian. 15 (3): 55-60.







0 comments:

Post a Comment